Jumat, September 05, 2008

Penipuan di Mall


Penipuan di Carrefour Mega Mall

Kamis, 8 Juni 2006, pk. 12.30 saya ke Carrefour Mega Mall untuk belanja. Saya naik ke lantai 2 di bagian tissue & pembalut wanita.
Tiba2 ada seorang Bapak berpakaian batik (Bapak Yosef) yang rapi menghampiri saya dan menanyakan apakah saya orang yg beliau cari.
Bapak tersebut mengaku dari sebuah perkumpulan Jemaat Kristen yang sedang melakukan pelayanan untuk menolong orang - orang yang sedang dilanda
musibah.
Setelah saya mengatakan bahwa saya bukanlah orang yang dia cari, kemudian dia pergi meninggalkan saya yang masih memilih barang belanjaan.
Beberapa detik kemudian seorang Ibu berpakaian putih (Ibu Wina) datang menghampiri saya dan bertanya "apakah saya mengenal Bapak tadi? Tadi saya melihat beliau dihampiri seseorang di lobby Carrefour yang turun
dari mobil Honda CRV membawa sebuah parcel dan amplop berisikan uang ucapan terima kasih karena telah menolongnya".
Tak lama kemudian datang lagi seorang Bapak yang mengenakan kemeja berwarna gelap sambil mendorong sebuah trolley barang belanjaan dan mengatakan "Ibu-ibu beruntung sekali bisa disapa dan diberkati oleh Bapak yang tadi karena saya pernah ditolong beliau melalui doa
sehingga bisnis saya bisa sukses kembali". Orang ini pun kemudian berlalu.
Sementara itu si Ibu Wina yg masih seru ngajak saya ngobrol mengatakan dia menyesal karena tidak bisa bertemu dengan si Bapak Yosef untuk minta
pertolongan buat orang tuanya yang sedang sakit parah di sebuah rumah sakit di daerah Kebon Jeruk, dimana dia sudah menghabiskan banyak biaya untuk pengobatan itu.
Tidak sampai 2 menit kemudian si Bapak Yosef menghampiri kami kembali sambil bercerita mengenai misinya untuk menyelamatkan umat Kristen yang
terpilih disini untuk mendapatkan bantuannya melalui doa yang ia panjatkan kepada Tuhan.
Berpuluh - puluh bakhan beratus kali si Bapak ini meyakinkan saya dengan menyebutkan terus nama Tuhan, dimana kita harus mendekatkan diri pada Tuhan dalam kondisi apapun, kita harus mengasihi sesama, dsb.
Bahkan ia bisa mengetahui segala keadaan di kantor, rumah maupun diri pribadi yang sedang saya alami saat ini.
Dia menyakinkan saya bahwa dengan iman yang saya yakini, pasti semua masalah yang saya hadapi saat ini dapat saya atasi. Kemudian dia mengajak saya dan Ibu Wina untuk doa bersama di Kentucky Fried Chicken
di lantai atas. Dia tidak mau diberikan makanan ataupun minuman.
Disana kami berdoa sambil (katanya) dia mengusir roh jahat yang ada dalam diri saya, terbukti dengan keluarnya asap dari tangan saya. Sejauh ini saya masih percaya bahwa beliau berniat baik pada saya (mungkin dengan
seringnya dia menyebut nama Tuhan sebagai penyelamat umat manusia).
Beliau juga mengatakan bahwa dalam waktu 10 hari orang tua saya yang sakit akan segera sembuh apabila saya memberikannya air mineral yang saya beli di Carrefour dan akan di-doa-kan olehnya. Dia juga sempat
menanyakan kepada saya berapa banyak tabungan yang saya miliki di rekening bank. Entah kenapa, tanpa berpikir panjang saya mengatakan bahwa saya tidak punya tabungan di bank. Semula dia tidak percaya, tapi
setelah saya jelaskan bahwa gaji yang saya peroleh untuk investasi yang lain, barulah dia stop menanyakan hal itu.
Dia juga berkata bahwa dalam 10 hari ini saya harus hati-hati karena akan ada kecelakaan lalu lintas yang akan saya alami, oleh karena itu ia menawarkan bantuan untuk membersihakan hawa jahat dari mobil saya.
Saya pun menurut. Dia mengatakan bahwa Tuhan lah yang akan menuntun beliau menuju mobil saya. Sementara si Ibu Wina yang mengaku tinggal di Pluit Utara terus saja mendampingi saya hingga ke mobil. Sesampainya di
mobil, kami kembali doa bersama dan beliau meminta kami untuk meninggalkan harta duniawi sementara waktu dan memasukkan semua barang (2 buah handphone, jam tangan, kalung & liontin berlian beserta gelang) ke
dalam amplop yang dia sediakan. Di saat yang tidak saya sadari, amplop itu telah ditukarnya dengan batu sehingga memiliki berat yang hampir sama.
Sejauh ini saya tidak curiga yang aneh-aneh bahkan mungkin pada saat kesadaran saya sudah mulai kembali, saya masih sempat mempertahankan dompet saya yang tidak saya berikan kepadanya. Termasuk juga kunci
mobil yang terselamatkan. Pada saat mereka pergi, saya mulai merasakan sesuatu yang tidak enak dan ternyata ketakutan yang mendadak saya rasakan itupun terjadi. Semua barang dan perhiasan saya lenyap bersama
Bapak Yosep yang mengaku sebagai seorang Pendeta di daerah Jakarta Timur dan berasal dari Gereja Bethel (dia sangat jago sekali memainkan perannya sebagai seorang Pendeta tanpa cacat sedikitpun).

Dari kejadian ini saya menyadari bahwa iman saya tidak cukup kuat, bahkan pada saat bersama beliaupun saya masih tetap memanjatkan doa, tapi tetap saja saya tertipu oleh mereka.
Saya tidak menyalahkan Tuhan atas kejadian ini, karena saya yakin Tuhan pasti mempunyai rencana yang lebih baik bagi saya di balik semua kejadian ini.
Biarlah suatu saat nanti, Tuhan yang akan menghukum mereka atas kejahatan yang telah mereka lakukan dengan membawa-bawa nama Tuhan yang seharusnya mereka hormati, bukannya dijadikan ajang untuk menipu orang
yang percaya kepada Nya.

Kejadian ini pun sudah saya laporkan pada pihak Carrefour Mega Mal, dan jawaban yang diberikan cukup mengesalkan karena terlihat sekali tidak adanya usaha dari mereka untuk menemukan wajah pelaku melalui rekaman CCTV mereka. Bahkan Kepala Security disana sempat mengatakan bahwa CCTV mereka sedang mengalami gangguan dan baru akan berfungsi normal kembali minggu depan. Apakah begini pelayanan yang diberikan oleh
sebuah Megastore seperti Carrefour yang selalu dipadati oleh pelanggannya? Jangankan mengijinkan saya untuk melihat kembali rekaman ulangnya, menanyakan bagaimana kronologis peristiwanya pun tidak. Apa
yang akan mereka cari di rekaman CCTV kalo lokasi, ciri-ciri dan modus pelaku tersebut tidak mereka tanyakan kepada saya? Jawaban mereka sangat enteng "kami akan menghubungi Ibu kembali apabila diperlukan". Loh...
kok malah kesannya saya yang jadi tersangka sich?
Padahal tujuan saya melaporkan hal ini bukalah saya berharap barang saya yang hilang akan kembali pada saya, tapi saya mengantisipasi agar jangan sampai orang lain tertimpa musibah yang sama.
Kelihatannya modus dari para penjahat ini adalah mereka memanfaatkan seorang wanita yang berpergian sendiri ke dalam mall atau bahkan mencari orang yang dianggap sedang memiliki masalah dalam hidupnya (mungkin
bisa terlihat oleh mereka dari wajah kita), apalagi kalau mereka memiliki kemampuan paranormal.

Jadi, untuk semua teman-teman, harap lebih berhati-hati apabila harus berpergian sendirian ke tempat keramaian.
Karena tidak menjamin para penjahat tidak berani beraksi di tempat yang ramai.

Mohon berita tentang modus penipuan terbaru ini dapat di forward ke sebanyak mungkin rekan-rekan kalian untuk mengantisipasi jangan sampai ada rekan kita yang menjadi korban kejahatan mereka.

Imelda Halim

Penipuan Berkedok Hadiah

WASPADALAH.......!!! Supaya jangan kena berbagai macam penipuan.

FYI Dari milis sebelah....
Kalau kita yang mengalami kisah dibawah ini mungkin kita juga tertipu.
**********************************************

Semoga bermanfaat.

Kejadian berikut ini benar-benar terjadi pada seorang teman kantor saya
pada 24 Juli 2007 lalu. Semoga cerita ini bermanfaat.

Berawal dari sebuah panggilan melalui telepon rumah (fixed line/PSTN),
yang menanyakan identitas dan alamat yang sama persis dengan data yang
ada di buku telepon. Orang yang mengaku dari "Metro TV" tersebut
mengabarkan bahwa sang pemilik nomor telepon berhak atas Grand Prize
berupa mobil "Kijang Innova". Karena sudah terlalu sering mendengar
penipuan semacam ini, maka dijawablah dengan ketus, "... kalau memang
benar hadiah mobilnya buat saya, kirim aja Pak mobilnya ke sini!".
Singkat cerita, 2 jam kemudian sampailah di depan rumah teman kita ini
sebuah Kijang Innova yang benar-benar baru, lengkap dengan pelat nomor
polisi yang masih putih!

Masih dengan perasaan yang ragu, sekaligus surprised, maka
dipersilakanlah tiga orang yang mengantarkan mobil tersebut masuk ke
dalam rumah. Dengan menunjukkan seberkas dokumen, yang konon berupa
Surat Jalan, dokumen Pajak, dokumen Asuransi, dan dokumen-dokumen yang
lain maka diyakinkanlah bahwa ia memang berhak atas mobil yang dibawanya
tersebut. Sayangnya, belum sempat ia memeriksa dokumen-dokumen tersebut,
beberapa orang yang mengaku dari Pajak, Asuransi, dan juga Notaris
bergantian menghubungi via telepon dan mengucapkan selamat atas hadiah
yang didapat.

Setelah melihat ia sudah cukup yakin dengan hadiah tersebut, maka
pembicaraan beralih ke kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang
'Pemenang Grand Prize', yaitu membayar pajak hadiah. Menurut si
pengantar mobil, jumlah yang harus dibayar oleh 'sang pemenang' adalah
25% dari harga mobil atau senilai 42 juta rupiah. Menyadari simpanan
dana yang ada tidak mencukupi untuk jumlah tersebut, maka sempat
terfikir untuk mundur. Namun, tanpa mengenal kata menyerah, si pengantar
mobil kembali meyakinkan bahwa soal pembayaran pajak adalah hal sepele,
bisa ditunda kapan saja, dan bisa dibayar dengan dicicil... 10% dulu
misalnya. Maka muncullah kembali harapan teman kita ini sambil bergumam,
"... kalau 10 juta sih saya punya...".
Gotcha!!
"OK Pak, 10 juta saya kira bisa diterima oleh Pak Notaris", tukas si
pengantar mobil.

Setelah lebih kurang 2 jam berada di rumah itu, maka tiga orang
pengantar hadiah mobil pamit untuk menuju ke 'pemenang kedua' sambil
lalu mereka pun mengajak untuk sekalian bertemu notaris sambil
mengendarai 'Grand Prize'
yang baru dimenangkannya. Dengan sangat meyakinkan sang pemenang
dipersilakan untuk mengendarai mobil yang memang sudah diidamkannya
selama ini. Sebelum berangkat si pengantar hadiah menanyakan apakah uang
sudah dipersiapkan. Sempat muncul keraguan, namun rasa gembira
mengalahkan keraguan yang sempat muncul, hingga dibawalah olehnya uang
tunai sejumlah 10 juta rupiah. Di tengah perjalanan, si pengantar
kembali menanyakan, apakah perlu mampir ke ATM. Namun dijawab bahwa
saldo di tabungan sudah tinggal sedikit. Maka perjalananpun dilanjutkan,
dan melalui jalan bebas hambatan (tol).
Beberapa saat di jalan tol, si pengantar dengan sopan meminta agar
kemudi diambil alih oleh temannya. Dengan beralasan bahwa kendaraan
belum diserahterimakan, sehingga bisa merepotkan jika terjadi
kecelakaan, maka beralihlah kemudi ke orang lain dan ia pun berpindah
duduk di samping pak sopir. Di saat sedang menikmati kenyamanan
kendaraan baru tersebut, tiba-tiba dari belakang sepasang tangan
membekap mulut dan hidungnya dengan lap atau sapu tangan yang beraroma
sangat tajam, hingga ia pun tak sadarkan diri......
Setengah tersadar, sekujur badan terasa sangat dingin. Setelah tersadar
penuh, ia mendapati dirinya berada di tengah padang rumput di pinggir
jalan tol. Beruntung, dompet dan seluruh isinya hanya diacak-acak hingga
ia pun bisa pulang kembali ke rumah dengan selamat. 'Beruntung', hanya
10 juta saja yang dibawa oleh komplotan penipu yang memanfaatkan
kekhilafannya siang itu....
Teman, jika kita cermati kasus ini, maka tampak bahwa modus penipuan
makin beragam, makin berotak, dan juga makin bermodal. Kebetulan,
komplotan pada kasus ini masuk dalam kategori komplotan yang 'sopan',
'baik hati', dan main bersih (hampir tidak ada jejak yang ditinggalkan).
Bukan tidak mungkin di lain kesempatan, bisa saja komplotan seperti ini
bermain kasar. Untuk itu selayaknya kita mengingatkan keluarga yang kita
tinggalkan di rumah saat kita bekerja, dan juga kita sendiri tentunya,
untuk lebih berhati-hati. _._,___

Rabu, September 03, 2008

Penipuan Berkedok KPK (Info dari KPK)

PENIPUAN BERKEDOK KPK
Posted by : humas on 2007/5/24 18:00:00 (17794 reads)

Sehubungan dengan banyaknya laporan kepada KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) tentang adanya permintaan sejumlah dana baik untuk membeli perangkat sosialisasi berupa buku, poster dan brosur yang diterbitkan oleh KPK, maupun permintaan dana berkaitan dengan tugas pegawai/anggota KPK di berbagai instansi pemerintah dan swasta, maka perlu kami jelaskan hal-hal sebagai berikut :


  • Perangkat sosialisasi baik berupa buku, poster, maupun brosur yang diterbitkan/dikeluarkan KPK diberikan secara cuma-cuma atau gratis. KPK TIDAK PERNAH meminta baik melalui surat maupun lisan pembayaran atau imbalan berupa uang atas pemberian perangkat sosialisasi tersebut.

  • Pegawai/anggota KPK dilarang meminta dana/imbalan berkaitan dengan tugas yang diembannya. Bagi masyarakat yang melihat, mendengar dan mengalami secara langsung adanya permintaan dana/imbalan dari pegawai/anggota KPK atau seseorang yang mengaku sebagai anggota KPK segera melaporkan ke KPK atau ke Kepolisian terdekat.

  • Bagi masyarakat yang mengalami atau menemukan kejadian diatas dapat langsung melaporkan ke KPK, melalui :
Direktorat Pengaduan Masyarakat KPK

Jl. HR Rasuna Said Kav C1, Kuningan, Jakarta Selatan 10120

Telepon: (021) 2557 8389

Faksimile: (021) 5289 2454

SMS: 0855 8 575 575

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi :

Johan Budi SP
Hubungan Masyarakat
Komisi Pemberantasan Korupsi
Jl. HR Rasuna Said Kav C1, Kuningan,
Jakarta Selatan. Telp. (021) 25578300